Bila Anda pergi ke bank dan setor uang, Anda
mungkin akan dapat bunga. Bila Anda pergi ke Bank Sampah dan setor
sampah, Anda akan dapat uang tunai.
Bank Sampah?
Ya, Anda tidak salah baca. Hari ini saya
menghabiskan setengah hari Minggu untuk acara peresmian Bank Sampah
Anggrek, di RW V Babatan Pilang, Kecamatan Wiyung , Surabaya. Seminggu
sebelum peresmian Bank Sampah Anggrek, selebaran sudah dibagikan ke
rumah-rumah warga. Dan tadi pagi, pengumuman ajakan untuk menyetor
sampah ke Bank Sampah sudah pula disampaikan melalui corong masjid.
Sekitar 50 orang—kebanyakan ibu-ibu—menyambut
gembira gagasan Bank Sampah ini. Mereka hadir membawa sampah yang siap
disetor. Balai RW disulap menjadi semacam kawasan ‘bank’: ada bagian
registrasi untuk mendapatkan Buku Tabungan Sampah, ada bagian pencatatan
setoran, dan—ini yang tidak terdapat pada bank lazimnya—ada bagian
penimbangan sampah.
Bank Sampah digagas oleh Kementrian Lingkungan
Hidup untuk mengajar masyarakat agar berperanserta merawat lingkungan
dalam konteks reduce, recycle, reuse. “Bank Sampah merupakan
kegiatan yang membantu masyarakat mengelola sampah. Pada tahap ini, kita
berfokus terlebih dahulu pada pengelolaan sampah kering dari rumah
tangga seperti besi, kuningan, seng, tutup botol plastik, kertas dan
plastik,” ujar Titik Pancawati, Direktur Bank Sampah Anggrek, RW V
Babatan Pilang. Warga masyarakat bisa menyetorkan sampah ke Bank Sampah
pada hari Sabtu dan Minggu ke tempat yang ditunjuk.
Jenis dan bobot sampah yang disetor akan dicatat
pada buku tabungan masing-masing nasabah dan pada buku catatan Bank
Sampah. Pada akhir bulan, nasabah bisa memperoleh uang tunai berdasarkan
jenis dan jumlah setoran sampah mereka. Sayang belum ditentukan besaran
uang tunai untuk masing-masing sampah. “Kita punya ketentuan pembayaran
uang tunai untuk masing-masing jenis sampah, yang sudah dipilah-pilah
berdasarkan jenisnya. Bila nasabah menyetorkan jenis sampah yang
tercampur aduk, harganya lebih rendah,” lanjut Titik Pancawati.
Sebagai lembaga masyarakat, Bank Sampah bergerak
dengan dukungan berbagai pihak: Pihak Rukun Warga menyediakan tempat dan
legalitas, serta beberapa pihak yang berperan sebagai donatur sarana,
pelatihan penanganan sampah, pengepul (tengkulak sampah) dan tenaga
kerja.
Untuk urusan
pelatihan, Bank Sampah Anggrek mendapatkan bantuan dari Pusdakota,
sebuah lembaga di bawah Universitas Surabaya. “Pusdakota akan memberikan
lathan ketrampilan untuk pengurus Bank Sampah, memberikan sosialisasi
pemilahan dan penanganan sampah kepada masyarakat, dan pengembangan
rumah kompos untuk sampak organik,” ujar Parwito, anggpta staf
Pengembangan Kewirausahaan Pusdakota.
Bank Sampah Anggrek,
seperti bank sampah lain di Surabaya, juga mendapatkan bantuan sarana
dari program CSR (Corporate Social Responsibility) Unilever melalui
Wehasta, sebuah LSM yang mewakili Unilever.
“Kami menyumbangkan buku
tabungan sampah, kaos tangan, pendampingan dan timbangan sampah,” ujar
Trimulyono dan Wendy. Motivator lapangan dari
Wehasta. Trimulyono menyebutkan bahwa Wehasta telah berperan membantu
penyediaan sarana semacam ini untuk 184 bank sampah di Surabaya sejak
tahun 2011. Ia menargetkan pembentukan total 190 bank sampah di akhir
tahun 2014.
“Kehadiran bank sampah
sangat membantu mengurangi sampah yang masuk ke TPA (Tempat Pembuangan
Akhir) Benowo,” kata Trimulyono ketika ditanya tentang manfaat bank
sampah di tengah masyarakat.
Apa pendapat masyarakat
tentang bank sampah? “Bank Sampah membantu kami menyingkirkan tumpukan
sampah di rumah seperti kertas, kardus, botol plastik. Tempat setor
sampah juga dekat rumah, jadi gampang,” tutur Risa Asani, nasabah Bank
Sampah Anggrek. Risa tak tahu bahwa penyetoran sampah ke bank sampah
akan diimbali uang tunai. Yang jelas, penyetoran sampah ke bank sampah
lebih nyaman bila dibandingkan dengan menjual sampah ke pemulung yang
keliling kampung. Pemulung pilih-pilih jenis sampah yang mereka beli
sementara bank sampah bisa terima semua jenis sampah kering karena
pengurus tahu ke mana berbagai jenis sampah sampah itu diteruskan.
Soal penerusan sampah ini
menarik juga dibahas. Pada acara peresmian Bank Sampah Anggrek,
pengurus mengundang Solikan, tengkulak besar sampah daur ulang yang
diberi kesempatan untuk bicara pada masyarakat tentang jenis-jenis
sampah yang bisa disetor padanya untuk dijual sebagai produk daur ulang.
Terakhir, peresmian Bank
Sampah dan kepengurusan Bank Sampah Anggrek selama tiga bulan ini
beruntung mendapatkan bantuan tenaga gratis dari 15 mahasiswa
Universitas Katholik Darma Cendika melalui program KKN (Kuliah Kerja
Nyata) Profesi.
“KKN Profesi adalah KKN
mahasiswa dari berbagai jurusan yang sudah punya pekerjaan dan hanya
bisa membantu bekerja pada Bank Sampah di hari Sabtu dan Minggu. Selama
tiga bulan kami khusus akan membantu kerja di Bank Sampah Anggrek,” kata
Evy Novianti, mahasiswa jurusan Akuntansi yang terlibat dalam KKN itu.
Yuk, mulai turut serta
mengatasi limbah di sekitar kita untuk mendapatkan lingkungan yang lebih
bersih dan nyaman melalui bank sampah.
sumber: kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar